Senin, 14 November 2011

Sulitnya Bedakan Bakso Tikus dan Sapi

Sulitnya Bedakan Bakso Tikus dan Sapi  


 Mi bakso menjadi jajanan favorit. Warga dari berbagai kalangan dan usia banyak yang menyukai menu ini. Daging kenyal nan gurih sangat mengundang selera. Mi bakso merupakan makanan relatif murah dan cukup terjangkau. Saking populernya, jajanan ini banyak dijumpai di seluruh pelosok negeri.

Para pedagang bakso biasanya membeli bahan olahan seperti daging sapi. Inilah yang merupakan bahan utama pembuatan bakso di pasar. Pilihan beragam mulai dari kualitas yang rendah sampai kualitas terbaik. Semua bisa didapat di sentra pasar daging.

Selain daging sapi, ada juga los-los tertentu yang menyediakan bumbu yang biasa digunakan untuk bakso. Dari tepung terigu sampai bahan pengawet dijual bebas. Bahan kimia jenis benzoat biasa digunakan untuk mengawetkan juga membuat daging bakso lebih kenyal. Di mana bila digunakan tak sesuai aturan maka akan sangat berbahaya bagi tubuh.

Kebutuhan para pecinta kuliner mi bakso yang begitu besar, dimanfaatkan sejumlah pedagang bakso nakal. Mereka melakoni berbagai tipu daya. Supaya mendapat untung berlipat-lipat, mereka mencampur bakso dengan daging sapi palsu.

Seorang informan membisikkan sebuah informasi mengejutkan sekaligus menjijikkan. Daging bakso berbahan dasar tikus beredar di kawasan Jawa Tengah. Tim SIGI langsung menginvestigasi sebuah tempat di Jateng, berupaya melacak pedagang nakal.

Dari hasil investigasi, dijumpai seorang sedang berburu berbekal senapan angin dan senter. Target lokasi bukan hutan, melainkan tempat pembuangan sampah. Layaknya penembak jitu, sekali bidikan nyawa seekor binatang pengerat pun melayang.

Tak lama si pemburu mengutip hasil buruan tanpa rasa jijik. Akhirnya .... jelang dini hari si pemburu pulang membawa hasil buruan. Hewan pengerat sebagai bahan dasar bakso sudah di tangan. Kini tinggal memberi sentuhan campuran daging sapi untuk mengelabui. Tujuan berikutnya pasar daging.

Trik kotor pencampuran daging hewan pengerat dengan daging sapi sangat tak terpuji. Parahnya lagi, si pelaku menambahkan zat kimia benzoat dan borax dalam jumlah yang tak bisa dipertanggungjawabkan.

Nah sekarang lokasi pembuatan bakso. Daging serta bumbu telah disiapkan untuk segera diolah menjadi satu. Persiapan yang cukup matang. Aroma menyengat dan memualkan mulai tercium dari bangkai tikus. Perut langsung bergolak menahan mual yang amat sangat.

Agar bisa tercampur sempurna dengan daging sapi hasil gilingan, seekor binatang pengerat terlebih dulu dibersihkan. Cara paling praktis dan mudah dengan dibakar untuk membersihkan bulu. Tapi pilihan ini berisiko besar karena bisa ketahuan tetangga.

Bukan penipu kalau tak bisa menyiasatinya. Untuk menghilangkan asap dan bau yang cukup menyengat, cara lain digodok selama 15 menit. Agar bisa tercampur sempurna dengan daging sapi, daging palsu terlebih dahulu diblender sampai halus. Proses pencampuran diupayakan sampai rata agar tersamar dengan daging sapi hasil gilingan.

Tak lama jadilah bakso. Palsu tentunya. Dari warna, kekenyalan, serta bau sulit dibedakan dengan bakso sapi asli. Cara ini terpaksa diambil mengingat banyaknya penggemar bakso.

Keberadaan bakso tikus membuat gerah pedagang bakso yang terhimpun dalam Paguyuban Pedagang Mi Bakso di kawasan Kota Semarang, Jateng. Mereka bereaksi menanggapi pedagang mi bakso yang memakai bahan dasar daging tikus. Pedagang bakso keliling pun protes.

Pedagang bakso yang menjalankan usaha dengan halal tentunya geram terhadap hal ini. Mereka lantas minta dijatuhkan sanksi yang berat kepada oknum pembuat dan pedagang bakso berbahan campuran binatang pengerat.

Minimnya pembinaan kepada pedagang bakso menjadi salah satu penyebab penyalahgunaan daging hewan pengerat ini. Mereka tak tahu atau bahkan tak mau tahu dampak negatif bagi kesehatan bila dikonsumsi manusia.

Bagi konsumen, harus benar-benar perhatikan aroma, tampilan warna, rasa, dan yang terakhir harga. Jangan mudah tergoda dengan harga murah. Ingat waspada dan teliti dalam memilah makanan yang anda konsumsi.(AIS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar