Senin, 14 November 2011

Jebakan Gorengan Berbumbu Plastik

Jebakan Gorengan Berbumbu Plastik  


Surga makanan berbasis gorengan bisa Anda jumpai dimana-mana. Karenanya penikmat gorengan tak akan pernah khawatir makanan renyah dan gurih ini hilang di pasaran. Pasalnya, usaha ini juga digandrungi banyak pedagang. Penganan yang dijual sederhana ini, tak membutuhkan banyak keakhlian untuk membuatnya, cukup bermodal bahan baku seperti tempe, tahu plus sedikit bumbu dan minyak goreng.

Meski belakangan pola hidup dan pola makan terutama masyarakat perkotaan mulai berubah, salah satunya menghindari makanan mengandung lemak ataupun minyak, penggemar gorengan tak jua surut. Cara menikmatinya pun beragam, ada yang asal comot saja buat cemilan, tapi ada pula yang menjadikannya layaknya ritual. Menyeduh teh dan kopi panas rasanya tak lengkap jika tak disajikan bersama penganan gorengan.

Salah satu pedagang gorengan adalah Wirta. Belasan tahun ia menjajakan penganan gorengan di wilayah Jakarta Pusat. Ia mengaku trik ataupun resep dia dapatkan dari kerabatnya, yaitu penganan berbahan baku tepung terigu, sayuran bahkan bumbu untuk melezatkan gorengannya.

Dengan modal Rp 300 ribu dagangan gorengannya bergulir tiap hari. Wirta pun hanya mematok harga yang sangat murah, yakni Rp 500 per satu gorengan. Bisa dibayangkan betapa kecil Wirta mengambil keuntungan. Tapi ia yakin setiap pedagang akan mendapat rezekinya jika berjualan dengan jujur dan mementingkan kualitas.

Namun, berjualan dengan cara jujur tak melulu menarik perhatian pedagang. Trik menjerat pembeli juga tak selalu dengan cara yang sportif. Disinyalir ada segelintir pedagang gorengan nakal yang menggunakan bahan kimia dicampur minyak goreng dengan jumlah yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Padahal, upaya curang seperti itu bukan hanya merugikan konsumen tapi ada bahaya lain mengintai.

Rumor tak sedap itu menyebutkan bahwa minyak goreng yang digunakan ternyata ada yang dicampur plastik. Untuk membuktikan kebenaran berita itu, salah satu pemain, pedagang gorengan yang kabarnya menggunakan minyak goreng berbumbu plastik, ditemui Tim Sigi untuk menyerap informasi lebih jauh seputar proses pembuatannya.

Langkah awal belanja kebutuhan bahan-bahan baku untuk membuat penganan gorengan. Bahan utama dari kudapan gorengan, yakni tempe, tahu, tepung terigu juga bumbu penyedapnya satu persatu dibeli.

Proses olahan pun dimulai. Sang pedagang mengupas, memotong, menyiapkan bahan baku terlebih dulu. Proses pembuatan dilanjutkan membuat olahan bumbu untuk gorengan. Biasanya ada sebagian pedagang yang menggoreng dagangannya di rumah. Ketidaklaziman muncul disini. Plastik yang biasanya digunakan untuk membungkus tiba-tiba dicampurkan sang pedagang kedalam minyak gorengannya.

Berbagai macam penganan gorengan yang juga bisa dijadikan lauk itu siap dijajakan. Catatan pentingnya penganan ini sudah terkontaminasi plastik. Namun, si pedagang nakal inipun mau memberikan bocoran cara membedakan penganan yang diproses dengan minyak goreng bercampur plastik.

Lalu bagaimana akibatnya jika gorengan mengandung plastik dikonsumsi oleh manusia? Jelas-jelas itu berbahaya dan bisa mengundang penyakit serius. Plastik dinilai mengandung racun yang tinggi dan diklasifikasikan sebagai bahan kimia yang bisa menyebabkan penyakit kanker.

Secara kasat mata dan pengetahuan umum sungguh aneh dan sangat tak lazim makanan digoreng dalam minyak yang dioplos plastik. Ini jelas tak higienis dan tak layak dikonsumsi.

Tak ingin gegabah dan terlalu cepat mengambil kesimpulan, sampel penganan gorengan diambil untuk ditelisik. Sampel berupa tahu goreng, tempe goreng dan ubi goreng dibawa untuk dilakukan uji laboratorium di Laboratorium Badan POM di Jakarta.

Langkah awal proses uji laboratorium sejumlah sampel penganan gorengan difoto menggunakan alat near infra red atau screening terhadap tempe yang digoreng dengan minyak yang diduga bercampur plastik. Kedua dengan menggunakan kromatografi gas massa untuk memastikan jenis plastik apa yang terkandung dipenganan gorengan tempe dan tahu. Dan hasilnya sudah bisa ditebak, tempe maupun tahu buatan seorang pedagang gorengan nakal terindikasi terlarut plastik jenis polietilen.

Ini membuktikan kedua makanan tersebut sudah tak layak konsumsi. Selain dampak negatif jangka panjang terhadap kesehatan tubuh, ternyata efek jangka pendek juga bisa dirasakan pada beberapa orang yang sensitif atas penggunaan bahan kimia tertentu.(IAN)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar