Senin, 14 November 2011

Gurihnya Tempe Berpewarna Tekstil

Gurihnya Tempe Berpewarna Tekstil  



 Siapa yang tak kenal tempe? Makanan hasil fermentasi antara kedelai dan sejenis jamur ini banyak penggemarnya. Selain harganya murah dan mudah didapat, rasanya juga lezat.

Melihat tampilan tempe setelah dimasak, perut langsung keroncongan. Belum lagi mencium harumnya, tidak tahan ingin segera menyantap makanan murah meriah ini. Tak hanya lezat, sepotong tempe mengandung berbagai unsur bermanfaat, seperti protein nabati terbaik serta komponen antibakteri yang bermanfaat besar bagi kesehatan.


Kelengkapan gizi dan vitamin dalam makanan berbasis kedelai inilah yang membuat tempe amat baik untuk diberikan ke segala kelompok umur, dari bayi sampai orang lanjut usia. Jadi, layak penganan ini disebut makanan semua umur.

Cuma itu saja fungsinya? Tunggu dulu, masih ada manfaat lain dari tempe. Tempe bisa mencegah berbagai penyakit, termasuk kanker dan dapat menurunkan kadar kolesterol.

Mencari bahan mentah persediaan juga tak sulit. Tempe didistribusikan para pedagang dan pengrajin tempe di warung-warung maupun di pasar tradisional. Di pasar, berbagai jenis tempe dijual dengan bentuk dan warna yang beragam.

Beberapa pedagang tempe yang menjual tempe produksinya sendiri mengamini penggunaan pewarna agar tempenya terlihat cerah serta menarik. Tentu pewarna yang digunakan diyakini aman untuk dikonsumsi.

Namun, di tengah upaya sekelompok perajin dan pedagang tempe dengan cara yang jujur, muncul segelintir perajin tempe nakal. Mereka menggunakan zat pewarna tekstil yang tidak bisa dipertanggungjawaban dengan berbagai macam alasan.

Tim Sigi mencoba melacak kebenaran perajin tempe yang menggunakan zat pewarna tekstil. Salah satu perajin tempe yang konon pernah menggunakan pewarna tekstil tim Sigi dekati. Dari informasinya, tim Sigi mencari perajin tempe yang masih menggunakan pewarna tekstil dan berhasil. Berkat bantuan seorang narasumber tim Sigi, perajin itu bahkan bersedia mengungkap rahasia dapurnya membuat tempe yang dicurigai mengandung zat kimia berbahaya.

Seperti telah diduga, serbuk pewarna yang berbahaya juga dibeli si perajin tempe nakal tersebut. Ia lalu memasak, merendam, mencuci, dan meniriskan kedelai sebelum mencetak dalam kemasan plastik. Saat menaburi kedelai dengan ragi, si perajin tempe mengeluarkan senjata rahasianya, yaitu menaburi dua sampai tiga sendok serbuk pewarna ke dalam tong penampung kedelai. Maksudnya agar tempe kelihatan cerah dan menarik. Tapi, jika benar ada kandungan zat warna berbahaya, tentu saja ini cara yang salah.

Upaya curang seperti itu bukan hanya merugikan dan menipu konsumen, namun ada bahaya lain yang tidak kentara. Tempe yang mengandung pewarna tekstil jika dikonsumsi manusia bisa mengundang penyakit serius. Pewarna tekstil mengandung zat kimia berbahaya dan diklasifikasikan sebagai bahan kimia yang bisa menyebabkan kanker.

Tak ingin buru-buru menarik kesimpulan, tim Sigi mengambil sampel tempe yang kami curigai mengandung zat kimia berbahaya. Sampel berupa tempe yang siap dipasarkan maupun masih dalam bentuk olahan, diuji di laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Uji sampel tempe menggunakan metode pengujian food security kit, metode pengujian bahan kimia dalam makanan. Fungsinya yaitu memeriksa kualitas makanan dari kontaminasi zat kimia berbahaya secara kualitatif. Hasilnya, dari keempat sampel tempe yang diuji, ada yang positif mengandung mengandung rhodamin b, zat kimia bukan untuk makanan.

Tempe yang mengandung zat kimia berbahaya apabila dikonsumsi terus menerus akan terakumulasi dalam tubuh dan berdampak negatif jangka panjang terhadap kesehatan tubuh. Pengawasan terkordinasi dari semua pihak terhadap pelanggaran pengolahan tempe yang merupakan industri rumahan dinilai masih amat kurang. Hal inilah yang menjadi sorotan serius Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.

Di sisi lain, tak bisa di pungkiri alasan perajin tempe menggunakan pewarna sebagai penarik dagangannya. Tempe yang diberi pewarna secara fisik lebih menarik lantaran biji kedelai terlihat cerah dan warna tempe terlihat kekuning-kuningan. Lantas, bagaimana caranya agar kita terhindar dari pemakai zat kimia berbahaya?

Tempe berpewarna biasanya biji kedelai terlihat kuning kerah. Selain itu, tempe cepat busuk dan berwarna kekuningan setelah dimasak. Sementara tempe tanpa pewarna umumnya biji kedelainya terlihat putih. Tempe juga bertahan lebih dari satu hari dan bewarna kecokelatan setelah dimasak.(BOG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar